Braga_1968 |
Bandung yang kini telah berusia 200 tahun memang selalu menarik untuk dikunjungi. Lihat saja setiap akhir pekan mobil-mobil bernomor Jakarta dan kota-kota lain memenuhi jalan-jalan utama di kota Bandung. Apa yang sebenarnya menjadi daya tarik Bandung? Pastinya bagi masyarakat umum Bandung dikenal sebagai surga wisata belanja karena terdapat ratusan gerai factory outlet yang dapat memuaskan keinginan pengunjungnya untuk membeli baju-baju yang sesuai dengan trend mode masa kini. selain itu aneka makanan jajanannya yang khas dan lezat juga siap memanjakan perut para wisatawan yang keroncongan setelah seharian berbelanja baju.
Namun sebenarnya Bandung tak hanya menyajikan wisata mode dan makanan saja, kota yang pernah dijuluki Parijs van Java ini ternyata masih menyimpan banyak kekayaan wisata lain yang tak kalah memesona. Rasanya terlalu sayang jika mengunjungi Bandung hanya untuk membeli baju lalu berwisata kuliner saja. Lalu apa saja tempat-tempat lain yang layak dikunjungi? Buku “Wisata Parijs Van Java” karya wartawan senior Kompas Her Suganda ini mencoba menyuguhkan berbagai obyek dan tempat di Bandung dan sekitarnya yang ternyata menarik untuk dikunjungi para wisatawan dalam dan luar kota.
Di buku setebal 331 halaman ini penulis berusaha memenuhi rasa ingin tahu pembaca yang ingin berkunjung ke Bandung. Dan ternyata obyek-obyek wisata yang pantas dikunjungi di Bandung tidaklah sedikit, setidaknya buku ini memuat lebih dari tiga puluh tempat yang layak dikunjungi.
Buku ini membagi tujuan wisata Bandung ke dalam 6 bagian yang dimulai dari wisata sejarah menyusuri gedung-gedung bersejarah di kota Bandung, tempat-tempat ilmu pengetahuan dan seni, wisata kota, wisata alam dan argo, wisata kuliner, wisata belanja, plus bab tersendiri mengenai transportasi dan akomodasi di kota Bandung. Dan sebagai pelengkap, buku ini juga menyajikan daftar alamat dan nomor-nomor telepon penting dari berbagai lokasi wisata, hotel, travel, toko oleh-oleh, souvenir, rumah sakit, dan sebagainya.
Bagi yang menyukai wisata sejarah dan ingin menyelusuri bangunan-bangunan bersejarah (Gedung Sate,
Gedung Merdeka, Museum Pos, dsb) yang banyak terdapat di kota Bandung buku ini bisa dijadikan panduan yang sangat baik. Selain menyimpan banyak bangunan bersejarah dari masa kolonial Belanda, beberapa bagunan di kota Bandung juga bisa menjadi saksi perjalanan hidup Bung Karno. Untuk itu buku ini menyajikan bagian khusus bagi pembacanya untuk berwisata sejarah sambil menapak Jejak Langkah Bung Karno di Bandung mulai dari sel no. 5 Penjara Banceuy yang kini berada di tengah-tengah area pertokoan, gedung Landraad ( gd. Indonesia Menggugat), penjara Sukamiskin, Institut Teknologi Bandung tempat Bung Karno meraih gelar Insinyurnya, rumah bersejarah Inggit Ganarsih, dan beberapa bangunan di Bandung yang merupakan rancangan Ir. Sukarno.
Khusus mengenai rumah-rumah rancangan Bung Karno, buku ini mencatat ada 11 rumah yang hingga kini masih berdiri dengan kokoh. Salah satu ciri khas hasil rancangan Bung Karno ada pada bagian atas bangunan-bangunan tersebut yaitu terdapat hiasan berupa gada. Ada yang berpendapat bahwa hiasan tersebut merupakan bagian dari pengaruh dunia pewayangan yang banyak mempengaruhi pikiran Bung Karno. Gada sendiri merupakan senjata yang biasa digunakan oleh tokoh wayang Bima.
Di bagian ilmu pengetahuan dan seni, buku ini menyajikan tempat-tempat di Bandung yang hingga kini menjadi pusat penelitian iptek dan perkembangan seni seperti Museum Geologi yang menyimpan fosil gajah purba dan 13 meteorit yang pernah jatuh di Pulau Jawa antara lain Meteorit Prambanan yang jatuh ke bumi pada tahun 1865. Di museum ini tercatat bahwa ketika sampai di bumi bobot meteorit tersebut mencapai 10 ton!.
Lalu ada pula Observatorium Boscha yang dibangun pada tahun 1912. Bangunan utamanya unik karena berbentuk kubah putih yang atapnya bisa dibuka dan ditutup untuk mengamati benda-benda angkasa. Di Observatorium Boscha ini terdapat teleskop Zeiss yang memiliki panjang tabung sekitar 11 meter dan diameter 150 cm. Saking besarnya teleskop ini sering dijuluki “Mata Raksaksa”.
Di bagian seni, terdapat tempat wisata-wisata seni yang layak dikujungi, antara lain Museum Barli yang juga menyediakan tempat untuk belajar melukis dan Saung Angklung Udjo yang jadi tujuan wajib para wisatawan mancanegara. Walau tidak setenar batik Yogya dan Solo ternyata Bandung juga memiliki tempat kegiatan membatik yang terletak di Jl Cigadung Timur dan Jalan Pesantren (Cimahi) dimana kedua tempat ini membuka diri untuk para pengunjungnya sehingga pengunjung bisa mengenal dan belajar membatik sendiri.
Untuk wisata belanja dan kuliner, selain tentang FO yang telah menjadi salah satu icon Bandung, buku ini juga mengulas tentang dua lokasi yang sedari masa lampau telah menjadi pusat fashion yaitu Pasar Baru dan jalan Tamin hingga sentra baju bekas Cimol (Cibadak Mall). Sedangkan untuk urusan perut selain menyajikan jajanan khas Bandung terungkap pula tempat yang direkomendasikan bagi para vegetarian. Tak ketinggalan pula tempat berjualan makanan ekstrim seperti sate kuda dan sate biawak.
Yang membuat buku ini menarik adalah bagaimana penulisnya menuturkan tempat-tempat tujuan wisata itu dengan detail dalam kemasan jurnalistik yang enak dibaca dan perlu. Jadi buku ini tak hanya menyajikan nama dan tempat wisata saja melainkan memberikan gambaran lengkap dan rinci mengenai sejarah, latar belakang, suasana, dan hal-hal menarik yang jarang terungkap dalam buku-buku panduan wisata lain. Selain itu ratusan foto-foto yang dicetak secara tajam dan tata letaknya yang dinamis juga membuat buku ini menjadi lebih informatif.
Jadi jika kita sering bertandang ke Bandung, buku ini bisa menjadi buku panduan untuk menyusuri kota Bandung dan sekitarnya yang mungkin belum kita ketahui selama ini. Tidak hanya bagi mereka yang sering berwisata ke kota Bandung buku ini juga layak dimiliki oleh warga Bandung sendiri yang ingin mengenal kotanya lebih dalam lagi. Bukan tak mungkin banyak orang Bandung sendiri yang mungkin tidak mengetahui tempat-tempat wisata beserta sisi-sisi menariknya yang terdapat dalam buku ini.
Selain itu buku ini juga tentunya dapat membangun kesadaran masyarakat luas bahwa sebetulnya Bandung bukan hanya surga belanja dan kuliner seperti yang telah dikenal selama ini. Di buku ini akan terungkap bahwa ada banyak tujuan wisata lain yang dapat memperluas pemahaman kita akan ilmu pengetahuan, sejarah, kesenian, dan peradaban dari sebuah kota yang dulu pernah dipersiapkan menjadi ibu kota pemerintahan Hindia Belanda dan sempat dijuluki sebagai Parijs van Java.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar